Kamis, 25 Juni 2015

KESIMPULAN PEREKONOMIAN INDONESIA



Perekonomian Indonesia
 

   1. Jenis Sistem Ekonomi di Dunia dan Perkembangan Sistem Ekonomi di Indonesia
Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta berdasarkan prinsip tertentu dalam rangka mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Macam-macam sistem ekonomi, diantaranya :
          1.       Sistem Ekonomi Tradisional
          2.      Sistem Ekonomi Terpusat/Komando (Sosialis)
          3.      Sistem Ekonomi Liberal (Kapitalis)
4.      Sistem Ekonomi Campuran
5.      Sistem Ekonomi Pancasila
Pada masa reformasi, perekonomian indoensia ditandai dengan krisis monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kea rah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah duperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berebeda dengan kondisi ekonomi tahun 1999.

2.   Hambatan Perdagangan Internasional Di Indonesia
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang.
Hambatan yang sering sering muncul dalam perdagangan internasional :
1.       Perbedaan mata uang antar negara
2.      Kualitas sumber daya yang rendah
3.      Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar
4.      Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
5.      Terjadinya Perang
6.      Adanya Organisasi – Organisasi Ekonomi Regional
Hambatan perdagangan yang muncul akibat adanya kebijakan ekspor-impor, antara lain:
1.    Tarif atau bea cukai
2.    Kuota Impor
3.    Subsidi
4.    Exchage Control
5.    State Trading Operasion
6.    Peraturan Anti-dumping

3.   Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan
Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa, sedangkan Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kaitan antara kemiskinan, industrialisasi, dan pengambilan SDA demi pemanfaatannya untuk memenuhi pasar global maupun kebutuhan kehidupan masyarakat pada umumnya sangat lah penting dan berpengaruh satu sama lain. Betapa tidak hal ini akan dibuktikan apabila suatu Negara itu miskin maka ia tidak bisa mengambil dan mengelola sumber daya alam yang ada sehingga ia tidak akan mewujudka Negara industrialisasi yang akan berpeluang memajukan Negara tersebut di era dan tuntutan zaman seperti sekarang ini.

Senin, 01 Juni 2015

Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan



Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan


A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak  Pelita I hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya industrialisasi telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, dimana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat.
Hal tersebut memiliki pengaruh sampingan terhadap pelestarian lingkungan hidup dan proses penanggulangan kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung. Industrialisasi telah menimbulkan penambahan jumlah kemiskinan dan pengurangan sumber daya alam secara signifikan.
Selain itu, hubungan antara pelestarian lingkungan hidup dan penanggulangan kemiskinan sudah cukup lama menjadi bahan perdebatan, terutama di kalangan penyusun kebijakan. Di Indonesia, topik ini menjadi hangat saat tumbuhnya kesadaran lingkungan pada akhir dekade 1960-an. Pada saat  itu,  di  satu  pihak  muncul  tekanan  untuk  membangun  lembaga pemerintahan yang khusus mengatur pelestarian lingkungan. Tetapi di pihak  lain,  berkembang  pula  oposisi  yang  mengkhawatirkan  adanya kekuatan gerakan pelestarian lingkungan hidup yang dapat menghambat pembangunan, terutama pembangunan ekonomi, sehingga mengganggu upaya penanggulangan kemiskinan. Kompromi yang dicapai tercermin dari  dibentuknya  sebuah  Kantor  Menteri  Negara  Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup pada tahun 1978. Bentuk “Kantor Menteri Negara” berarti lembaga yang bersangkutan hanya mempunyai kewenangan  koordinasi,  bukan  operasional,  dan tidak memiliki kantor di daerah.
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Ada hubungan saling mempengaruhi yang terlihat seperti membentuk pola ketergantungan yang tak terpisahkan. Industrialisasi mempengaruhi lingkungan hidup dan sumber daya alam, permasalahan lingkungan hidup memiliki dampak terhadap perekonomian dan kemiskinan, kemiskinan merupakan salah satu dampak sampingan industrialisasi.

B. Industrialisasi
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari proses revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktifitas dari faktor produksi yang digunakan.

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan mendorong perubahan struktur ekonomi. Dapat dikatakan bahwa progres teknologi dan inovasi adalah dua faktor penting yang merubah struktur ekonomi suatu negara dari sisi penawaran agregat (produksi), sedangkan peningkatan pendapatan masyarakat yang mengubah volume dan komposisi mempengaruhi struktur ekonomi dari sisi permintaan agregat.

Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.

Ada sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur industrialisasi, diantaranya adalah sumbangan nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap pembentukan PDB, nilai tambah sektor industri manufaktur (NTSIN) perkapita, dan adalah rasio nilai output atau nilai tambah sektor industri terhadap sektor pertanian.

Pengertian Industri secara umum industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Sedangkan pengertian dari Industrialisasi suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.

Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

  •          Jenis-Jenis Industri
a.       Usaha dan Jenis / Macam-macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku:
  1.                 Industri ekstraktifadalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan dan lain-lain.
  2.              Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar
  3.              Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

b.      Golongan / macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal:
  1.               Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
  2.                Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

c.       Jenis-jenis / Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi atau Penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986

  1.               Industri kimia dasar,contohnya: seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.
  2.                Industri mesin dan logam dasar, misalnya: seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.
  3.                Industri kecil. Contoh: seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah
  4.                 Aneka industry misalnya: seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

d.      Jenis-jenis / Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
  1.                 Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
  2.                Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
  3.                Industri sedang atau industri menengahadalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
  4.                Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

e.       Pembagian/Penggolongan Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi:
  1.                Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
  2.                Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/labor: Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
  3.                Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku: Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar

f.       Macam-macam/Jenis Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan
  1.                 Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
  2.           Industri sekunder
      industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya. 
             Industri tersier
      Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

  •          Faktor – Faktor Pendorong Industrialisasi
Faktor Pendorong Industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara) :
a)      Kemampuan teknologi dan inovasi.
b)      Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c)     Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d)     Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e)      Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f)       Keberadaan SDA: Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
g)      Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.


Pada tingkat meso, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat dari 3 aspek:
1.      Tingkat diversivikasi output baik didalam satu kelompok barang (misalnya barang konsumsi) atau untuk semua kategori, termasuk barang-barang modal dan input perantara.
2.      Adanya pergeseran dari barang-barang berbobot tekhnologi rendah ke barang-barang dengan kandungan tekhnologi tinggi.
3.      Adanya keterkaitan produksi yang kuat antara industri, yang mencermikan ketergantungan sektor tersebut terhadap impor.

Pada tingkat mikro, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat pada kinerja perusahaan secara individu atau kelompok, mulai dari pertumbuhan volume output rata-rata pertahun, skala usaha, hingga keuntungan bersih  per satu unit output yang dihasilkan.

  •          Permasalahan Tantangan Perkembangan Sektor Industri
Beberapa permasalahan antangan perkembangan sektorindustri diantranya ialah sebagai berikut:
1.      Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan keungulan komparatif yang dimiliki.
2.      Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk mendorong untuk menguasai dan melaksanakan pengalihan berbagai jenis teknologi guna mendukung proses industrialisasi
3.      Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas serta menciptakan iklim usaha dan persaingan yang sehat termasuk perlindungan hasil inovasi.
4.      Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke arah investasi yang produktif di sektor industri, dan secara efektif mampu memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi modal.
5.      Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih meningkatkan daya tarik investasi di sektor indsutri
6.      Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan, persebaran, struktur produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur industri yang kukuh.
7.      Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sector industri senantiasa mampu tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai perkembangan ataupun perubahan yang timbul.
8.      Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah secara lebih terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung struktur industri nasional.
9.      Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang telah mulai berkembang untuk memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara maju ke Indonesia, khususnya industri skala menengah.
10.  Menentukan pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang tepat.

  •          Strategi Industrialisasi
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan strategi yaitu strategi substitusi impor dan strategi promosi ekspor. Strategi pertama sering juga disebut dengan inward-looking, sedangkan strategi kedua outward-looking. Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi kepada pasar domestik. SI adalah industri domestik yang membuat barang-barang menggantikan impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri.
Pada tingkat meso, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat dari 3 aspek:

1. Tingkat diversivikasi output baik didalam satu kelompok barang (misalnya barang konsumsi) atau untuk semua kategori, termasuk barang-barang modal dan input perantara.
2. Adanya pergeseran dari barang-barang berbobot tekhnologi rendah ke barang-barang dengan kandungan tekhnologi tinggi.
3. Adanya keterkaitan produksi yang kuat antara industri, yang mencermikan ketergantungan sektor tersebut terhadap impor.
4. Pada tingkat mikro, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat pada kinerja perusahaan secara individu atau kelompok, mulai dari pertumbuhan volume output rata-rata pertahun, skala usaha, hingga keuntungan bersih  per satu unit output yang dihasilkan.

  •          Strategi Substitusi Impor
Strategi substitusi impor (Inward Looking). Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat   menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan..
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
o   Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
o   Potensi permintaan dalam negeri memadai
o   Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
o   Kesempatan kerja menjadi luas
o   Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang.

          Strategi substitusi impor merupakan strategi yang menekankan pada pengembanagan industri yang berorientasi pada pengembangan industri yang berorientasi kepada pasar domestik. stategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan indusri di dalam negeri yang memproduksi barang_barang penggati impor.

Strategi SI juga lebih mendepankan pengembangan industri-industri skala besar yang padat modal kebanyakan dalam bentuk joint venture dengan perusahaan-perusahaan besar asing. Pola industrialisasi seperti ini menimbulkan atau memperbesar ketimpangan dalam distribusi pendapatan dsan ketidak seimbangan pembangunan ekonomi antar daerah perkotaan dan daerah perdesaan dalam proses pembangunan. Pengalaman-pengalaman di banyak negara berkembang menunjukkan bahwa strategi SI sangat berdampak negativ terhadap neraca pembayaran karena industri-industri subtitusi impor didalam negeri sangat tergantung pada impor bahan baku, barang modal, input perantara, dan material lainnya.

  •          Strategi SI Berhasil di Indonesia
Krisis ekonomi yang melanda indonesia menunjukkan bahwa ternyata sektor industri manufaktur nasional tidak berkembang baik. Memang, laju pertumbuhan output-nya rata-rata pertahun cukup tinggi, namun sektor tersebut sangat tergantung pada impor, khususnya untuk barang modal, input perantara, dan bahan baku.

 Banyak studi yang berpendapat bahwa strategi SI memberi lebih banyak efek negativ daripada efek positif terhadap negara yang menerapakannya, walaupun diakui bahwa strategi tersebut berhasil dalam mengakselerasi proses industrialisasi. Pokok utama dari kritik mengenai strategi SI adalah bahwa proteksi yang diberikan terlalu berlebihan. Proteksi, di suatu pihak, memang diperlukan pada tahap awal proses pengembangan industru dalam negeri. Argumen yang sering ditonjolkan untuk memperkenalkan proteksi adalah infant industri argument: perlindungan terhadap industri dalam negerti yang baru tumbuh. Akan tetapi proteksi yang tinggi tidak hanya mengakibatkan alokasi dari sumber daya-sumber daya produksi tidak efisien distorsi yang ditimbulkan dipasar output dan dipasar input, tetapi juga dapat membuat industri yang dilindungi menjadi tidak efisien dan pada akhirnya tingkat daya saing globalnya, baik dipasar ekspor maupun pasar domestik, terhadap produk-produk impor rendah. Maka dari itu peningkatan strategi ini sangat dibutuhkan.

Kelemahan, dan mungkin hasibuan (1993) jelaskan sebagai berikut :
§  Bahan baku dan tenaga kerja yang tersedia bukan yang siap digunakan hal ini dapat menimbulkan external diseconomies. sumber sumber ekonomi tersebut belum tentu memiliki kualitas yang baik .
§  Pasar yang dilayani oleh produsen dalm negeri adalah domestik tanpa ada persaingan dari barang barang impor, maka setiap produk yang dihasilkan tidak dikaitkan dengan kemampuan bersaing di pasar internasional.
§  Belum tentu tingkat ketergantungan terhadap impor menjadi rendah dengan penerapan strategi SI. Pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa untuk membuat barang barang konsumsi memerlukan komponen, spare parts, bahan baku , mesin, dan alat alat produksi yang semuanya masih harus diimpor, sementara kebutuhan untuk mengimpor barang barang konsumsi tidak akan segera dihapuskan  atau dihilangkan sama sekali
§  . Diharapakan kesempatakerja akan berkembang dengan luas . akan tetapi, ini tentu tergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses produksi
§  Nilai tambah pada umumnya dapat ditingkatkan , tetapi dipihak lain beberapa industri dapat mempunyai nilai tambah yang negatif bila dibandingkan nilai tambah dari industri yang sama dari industri internasional.
§  Tngkat proteksi yang tinggi cenderung membentuk sikap keangkuhan produsen dalam negeri .
§  Walaupun potensi permintaan di pasar dalam negeri cukup besar, tetapi masih ada hal hal lain yang lebih menentukan apakah potensi tersebutdapat terealisasi.

  •          Strategi PE
          Strategi PE adalah strategi promosi eksport ,dimana strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri. Strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri.

Strategi promosi ekspor (outward Looking). Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.

  Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
  1.          Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output.
  2.           Tingkat proteksi impor harus rendah.
  3.          Nilai tukar harus realistis.
  4.          Ada insentif untuk peningkatan ekspor

Orientasi keluar, yang merupakan dasar dari strategi PE , menghubungkan ekonomi domestic dengan ekonomi dunia lewat promosi perdagangan . Oleh karena itu , diskriminasi dalam penggunaan tarif, kuota , lisensi investasi, subsidi pajak dan kredit, instrumen instrumen lainnya yang sering diterapkan dalam strategi SI, tidak cocok digunakan dalam strategi PE . ini tidak mengatakan bahwa strategi PE sama sekali tidak ada intervensi pemerintah . dalam pakteknya , banyak negara menerapakkan strategi PE dengan menghilangtkan beberaparintangan terhadap ekspor.

Keberhasilan strategi PE sering diilustraskan dengan pengalaman dari negara negara asia timur dan tenggara . dari banyak studi mengenai keberhasilan dari negara negara tersebut , beberapa syarat penting yang diberikan  dari negara negara tersebut ,beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan strategi tersebut membawa hasil baik adalah sebagai berikut :
o   Pasar harus menciptakan signal harga yang benar , yang sepenuhnya merefleksikan kelangkaan dari barang yang bersangkutan , baik pasar output maupun pasar input.
o   Tingkat proteksi dari impor harus rendah .
o   Nilai tukar mata uang harus realisti, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang asing yang bersangkutan .

Lebih penting lagi , harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor.Menurut strategi ini paling tidak kesempatan yang sama harus diberikan kepada industri industri yang memproduksi untuk pasar dalam negeri dan industri industri untuk pasar ekspor.PE beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
 
Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan    kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output.
o   Tingkat proteksi impor harus rendah.
o   Nilai tukar harus realistis.
o    Ada insentif untuk peningkatan ekspor.

  •          Alternatif Strategi Industrialisasi
Adapun dalam mengatasi perihal industrialisasi ada sejumlah alternatif  serta meningkatkan kesempatan kerja , ada tiga tujuan penting lainnya ari industrialisasi yang harus dicapai , yaitu sebagai berikut :
o   Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah ekonomi  yakni nilai tambah dari semua sektor ekonomi yang ada , termasuk industri , pertanian ,
o   Meningkatkan efensiensi ekonomi .
o   Mengurangi ketergantungan pada impor.

Dalam memilih alternatif strategi industrialisasi yang tepat untuk diterapkan  diIndonesia untuk menyampaikan tujuan tujuan tersebut , ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan , yaitu sebagai berikut melihat kenyataan bahwa ada dua sektor ekonomi yang besar dimana Indonesia memiliki keunggulan kompratif atas sector sector tersebut , yaitu pertanian dan pertambangan , maka dalam proses industrialisasi  harus dibangun / dikembangkanterkaitkan produksi kedepan dan kebelakang antara kedua sector primer tersebut dengan sector industry manufaktur . industrialisasi atau pembangunan sector industri manufaktur di Indonesia harus dilandaskan pada sector pertanian dan sector pertambangan yang kuat, sesuai paradigma mengenai spesialisasi yang didasarkan pada keunggulan komparatif yang ada keunggulan kompetitif yang dapat dikembangkan.

Selain dengan sector primer , juga harus dibangun / dikembangkan keterkaitan produksi antara sector industry manufaktur dengan sector sector sekunder lainnya dan sector sector tersier . disamping itu , juga harus dibangun / dikembangkan keterkaitan produksi didalam sector industry manufaktur  antara subsector / kelompok industry dan antara unit produksi dari skala yang berbeda didalam setiap kelompok industry .

Strategi industrialisasi yang tepat bagi Indonesia adalah yang memfokuskan pada perkembangan kelompok kelompok industry. Perkembangan sector industry manufaktur harus berdasarkan spesialisasi berdasarkan factor factor keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dan factor factor keunggulan kompetitif yang dapat dikembangkan, tidak lagi industrialisasi berspektrum luas.

Industrialisasi harus member dampak positif terhadap saldo neraca pembayaran, khususnya saldo neraca perdaganan, tidak hanya dengan cara meningkatkan ekspor barang barang dengan nilai tambah tinggi , tetapi juga dengan cara mengurangi impor. Industrialisasi harus mendukung potensi daerah , yang sekaligus mendukung pelaksanaan otonomi daerah

Strategi industrialisasi yang tepat adalah  yang bias meningkatkan kemampuan perusahaan perusahaan local / nasional dalam berproduksi , mengembangkan teknologi dan produk dengan merek sendiri.    Industrialisasi harus menciptakan atau mempercepat proses pendalaman struktur industry .
Pola industrialisasi juga harus berorientasi pada peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat , tentu tanpa mengurangi tingkat efesiensi dan produktivitas.
Jenis jenis insentif yang akan diberikan oleh pemerintah dengan maksud untuk mendukung proses industrialisasi harus yang bias dibuktikan memiliki social cost effectiveness-nya yang tinggi, artinya social benefit lebih besar daripada social costnya .


C. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan (id.wikipedia.org, 2010).
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (id.answers.yahoo.com, 2009). Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold).
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Jika dikaitkan dengan sumber daya alam , dimana seseorang yang dikatakan tergolong miskin akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja . Pekerjaan ini bersumber dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam . Oleh dikarenakan dimasa sekarang Indonesia sedang dalam perngembangan sektor industri , hal ini akan berkaitan dengan usaha pemenuhan bahan industri yang akan di peroleh dari sumber daya alam.Kemudian sumber daya alam yang di ambil secara terus menerus dengan upaya pemenuhan bahan produksi industri , lama – lama akan habis pula.Walaupun hal i ni terjadi karena rasa ketidakpuasan dan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat maka dari itu mereka tidak punya pilihan untuk mengerjakan hal itu.

 Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  •          Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  •          Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  •          Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

  •          Gejala Kemiskinan dan Perspektif Sejarah
Kemiskinan sebagai gejala dalam masyarakat sudah dikenal sejak makhluk manusia menghuni bumi, tetapi kesadaran untuk memeranginya guna mewujudkan pemerataan baru mulai berkembang setelah timbul hubungan antar-bangsa dan negara yang sekarang bertambah erat, sehingga juga kita dapat membandingkan mana yang kaya dan mana yang miskin. Sepanjang dapat kita telusuri kembali sejak manusia beragama, kemiskinan sudah diakui ada, dan semua agama juga mengandung perintah agar nasib kaum papa diperbaiki. Si kaya harus membagikan sebagian kekayaannya kepada si miskin karena Allah Sang Pencipta memberikan segala sumberdaya alam di bumi untuk dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh mahluk manusia secara merata. Tetapi kemudian manusia menggagas dan merekayasa tatanan masyarakat dan ekonomi yang membeda-bedakan penguasaan dan pemanfaatan atas sumberdaya alam yang kaya. Demikianlah timbul pelapisan dalam kehidupan bermasyarakat manusia, sehingga yang kaya menguasai yang miskin.

Salah satu kupasan menarik tentang hubungan antara agama Kristiani dan tumbuhnya Kapitalisme pernah ditulis oleh R.H. Tawney (1938) yang dalam kesimpulan beliau mengutip ahli ekonomi J. M. Keynes yang berpendapat : “Modern Capitalism is absolutely irreligious…” sehingga akibatnya keadilan, kemiskinan dan pemerataan tidak terlalu diperhatikan. Ratusan tahun sebelum Masehi, Farao di Mesir sudah mengenal dan memelihara perbudakan. Di semua benua yang kita kenalpun ada Raja-raja yang membeda-bedakan lapisan masyarakat menurut keturunan, sehingga siapapun yang tidak tergolong “darah biru” hanya bernasib mengabdi kepada Raja dan “kaum ningrat”. Ada kemajuan sosial berarti setelah sistim perbudakan menjelang akhir abad ke-19 di beberapa negara dilarang dan selangkah lebih maju lagi waktu Serikat Bangsa-bangsa (United Nations) melarang segala bentuk perbudakan, yaitu dalam bentuk 33 negara anggota yang menandatangani UN Convention 1956. Namun demikian berbagai bentuk eksploitasi kaum papa oleh mereka yang berkuasa dan kaya masih berlangsung di banyak negara.

Perlakuan pekerja dan buruh sebagai budak dalam sistim ekonomi mutakhir pun masih terjadi dewasa ini dan mungkin berbenih dalam pemikiran ahli ekonomi klasik Adam Smith (1776) yang mengemukakan prinsip “Survival of the Fittest”, mirip dengan kehidupan di hutan rimba. Dalam kancah persaingan yang kuat akan menang dan yang lemah akan musnah. Prinsip demikian sebenarnya dalam ekonomi liberal masih berlaku juga antara perusahaan besar dan kecil, walaupun cara bersaing semakin ditertibkan melalui undang-undang, peraturan dan hak azasi manusia di ranah hukum.

Bahkan menurut Susan George (1976) kecuali perusahaan swasta juga ada lembaga-lembaga internasional seperti misalnya Bank Dunia (IBRD dan IDA) yang melalui Food Aid menyatakan membantu memerangi kemiskinan, namun dalam kenyataan membuat negara-negara berkembang semakin tergantung pada negara industrial yang maju. Karena itu S. George menyarankan agar negara-negara berkembang berusaha keras melakukan pembangunan nasional secara lebih mandiri. Tentu - menurut kesimpulan penulis – usaha itu harus dimulai dengan membenahi struktur agraria agar sektor pertanian yang produktif menyumbang kearah industrialisasi.

  •          Kemiskinan dan Pembangunan
Periode setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia untuk dua dasawarsa penuh dengan kegoncangan politik, dari gerakan DII/TII, APRA, PRRI dan PERMESTA, konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dan akhirnya dengan Belanda tentang Irian Barat. Ketenangan politik nyatanya baru tercapai setelah peristiwa G-30-S di tahun 1965 dan lahirnya Orde Baru (1966). Memang dibawah pemerintah Bung Karno dan Bung Hatta pernah ada perumusan tentang Pembangunan Nasional 1956-1961, dan kemudian Pembangunan Semesta (1961-1969), tetapi akibat banyak kegoncangan politik praktis tidak ada hasil yang nyata dalam hal menurunkan kemiskinan.

Selama pemerintahan dibawah Jenderal Soeharto ynag lebih sentralistik ada beberapa usaha yang lebih nyata: pertama pelaksanaan Revolusi Hijau untuk meningkatkan produksi padi dengan mengimpor teknologi baru seperti pupuk kimia, obat-obatan melawan serangga, perbaikan dan perluasan jaringan pengairan dan mekanisasi pertanian. Akibatnya kegiatan di daerah pedesaan meningkat, tetapi sekaligus juga timbul rasionalisasi dalam masyarakat tani. Penanaman padi semakin membutuhkan luas areal sawah, sehingga petani gurem (<0,5 Ha) tersisihkan. Bila tidak menjadi buruh tani diatas tanah sendiri dan bekerja untuk tuan tanah besar, mereka menawarkan tenaganya di sektor informal perkotaan. Sistim panen bersama oleh kaum perempuan (derep) dan memperoleh bagian tertentu dari hasil (bawon) hilang, diganti dengan pemanen bayaran (tebasan).

Jadi revolusi hijau meningkatkan kegiatan di pedesaan serta hasil panen padi sehingga mencpai swa sembada beras (1985), tetapi dipihak lain juga mengurangi pekerjaan bagi buruh tani (tunakisma) dan petani gurem yang terpaksa “mengelaju” ke kota. Gejala Preman, Mang Ogah, Pengemis, Pengamen, Pencopet, Buruh lepas dan sebagainya makin tampak di daerah perkotaan. Perkembangan yang kurang menggembirakan itu menarik perhatian UNICEF juga dan dengan biaya lembaga PBB tersebut Prof. Sajogyo diminta melakukan evaluasi tentang Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di tahun 1973/1974. Hasil studi berdasarkan survey luas di 15 Kabupaten seluruh Indonesia yang penting itu melahirkan suatu suatu Garis Kemiskinan untuk penduduk Indonesia. Setelah itu Biro Pusat Statistik dan juga Bank Dunia menyambung dengan survey yang menambah kriteria garis kemiskinan tersebut.

Sekarang beberapa kriteria dapat dimanfaatkan untuk menilai kemiskinan karena Bank Dunia menambah dengan kriteria dibawah USD $ 1,00 / 2,00 sehari per kapita. Biro Pusat Statistik, Departemen dan Bank Dunia mulai mengadakan survey untuk memantau perkembangan tersebut dan dalam rangka inilah juga dimulai studi oleh beberapa Universitas. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor – Institut Teknologi Bandung – dan institute of Social Studies dari Negeri Belanda melakukan studi tentang keadaan dan perkembangan di daerah pedesaan (1987-1991). Peneliti-peneliti ada yang senior seperti Dr. B. White, Dr. Joan Hardjono, Dr. Ines Smith, tetapi juga ada peneliti Indonesia yang muda. Pimpinan ada di tangan tiga ahli: Prof. Sajogyo (IPB-Sosiologi Pedesaan) – Prof. Hasan Poerbo alm. (ITB Lingkungan) dan Prof. B. White (I.S.S. Anthropology) yang sekaligus menjabat Acting Director di kantor Pusat (Jl. Raden Patah 28 Bandung).

Tanpa mengulas semua hasil penelitian selama 1987-1991, tetapi hasil umumnya jelas menunjukkan bahwa daerah pedesaan menghadapi permasalahan seperti Agraria, kemiskinan, pengangguran, usaha kecil dan peranan perempuan yang segera perlu ditangani karena mengurangi penderitaan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Ukuran dan definisi kemiskinan memang masih berbeda-beda. Prof. Sajogyo di tahun 1974sudah berhasil merumuskan “garis kemiskinan” berdasarkan nutrisi (pangan per kapita) - ada statistik BPS yang menggunakan “pengeluaran per kapita “ per hari/bulan, sedangkan Bank Dunia berpatokan pada “penghasilan per kapita sehari” (dibawah USD $ 1,00 atau USD $ 2,00). Departemen Pertanian sering menggunakan kriterium “luas tanah garapan” atau “hasil produksi” dan BKKBN pernah menerapkan kriterium “kualitas tempat tinggal”.

Sebenarnya menarik untuk mengkombinasikan beberapa kriteria tersebut. Menurut Prof. R. Lawang (2002) yang mengutip BPS penduduk Indonesia tahun 2001 berjumlah 201.703.537 jiwa (dugaan 2007 sudah melebihi 220 juta) atau 43,12% dan tinggal di perkotaan, sedangkan 56,88% masih tinggal di daerah pedesaan. Memang dari beberapa sumber statistik timbul gambaran bahwa kemiskinan antara 1970-1987 menurun. Misalnya BPS yang menggunakan kriterium “pengeluaran per kapita” menghasilkan gambaran sebagai berikut :

contoh:
Yang miskin dari jumlah penduduk
Pedesaan Perkotaan
Juta orang % Juta orang %
1976 44,2 40,37 10,0 38,79
1980 32,8 28,42 9,5 29,04
1987 20,3 16,14 8,9 20,14

Dari sample ini tampaknya menurunnya % kemiskinan di perkotaan relatif kurang cepat dibandingkan dengan di pedesaan. Mungkin ini hasil produksi yang meningkat selama Revolusi Hijau. Menurut alm. Dr. Hendra Esmara, kemiskinan antara 1970 dan 1987 memang menurun untuk Pedesaan dari 48,5% sampai 44,8%, tetapi di perkotaan justru meningkat dari 7,1 % menjadi 14,6% atau naik lebih dari 100%, dan ini suatu gejala bahwa urbanisasi memang meningkat cepat. Bila kita kutip Laporan Bank Dunia (1990) dapat dibaca bahwa walaupun penduduk miskin (nasional) antara 1980-1987 turun dari 42,3 juta (28,6%) sampai 30,0 juta (17,4%), namun sebagai diumumkan pemerintah masih ada sekitar 39 juta (17%) yang miskin dewasa ini (2007).

Urbanisasi merupakan jalur pelarian bagi buruh tani dan petani gurem yang dapat menetap di kota atau menjadi pengelaju. Satu contoh adalah hasil studi J. Breman dan G. Wiradi (2005) setelah krisis ekonomi Agustus 1997 juga melanda negeri kita. Ternyata pasang surut kemiskinan masih akan menggejala sehingga memerlukan perhatian lembaga pemerintahan baik pusat maupun daerah, peneliti akademik maupun LSM yang menunjang dan mendorong proses demokratisasi. Kalangan pemerintah maupun media masa tidak jarang memberitakan bahwa keadaan sudah membaik dibandingkan 1998, karena pertumbuhan ekonomi sudah melampaui sasaran, tetapi ternyata dari berita-berita internasional bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berdampak langsung pada penurunan kemiskinan. Bukan saja hal ini kita alami di negeri kita tetapi juga diberitakan antara lain di terbitan mingguan Newsweek (2007).

Baik di India yang pertumbuhan ekonominya mencapai 8% setahun dan di RRC yang selama satu dasawarsa mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi 10% setahun kemiskinan di daerah pedesaan masih menggejala. Untuk para pembaca yang tertarik dan masih memperihatinkan kemiskinan dalam proses Reformasi negara kita dilampirkan daftar sejumlah terbitan mengenai kemiskinan dan usaha memeranginya. Kebijakan pembangunan Indonesia sebagai negara agraris memang kurang membenahi struktur agraria dalam arti luas, dan lebih cenderung menjual kekayaan sumberdaya alam (M. Humpreys dkk, 2007), yang berakibat pertanian mengurangi kedaulatan pangan, timbulnya kemiskinan dan pengangguran serta penjualan tenaga kerja murah meningkat. Pada umumnya modal asing yang ditanam atau dipinjam lebih bersifat “padat modal” sehingga kesempatan kerja pun terbatas.


D. Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan
Industrialisasi yang berkembang dapat menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Umumnya karena daya beli yang lebih kuat (karena itu mempunyai pilihan yang lebih luas) dan informasi yang lebih lengkap, maka mereka yang berpendapatan tinggi lebih tidak peka terhadap kualitas lingkungan yang menurun. Pada kasus di mana kualitas lingkungan udara telah tercemar, mereka yang berpendapatan tinggi lebih mudah untuk pindah ke lokasi lain dengan kualitas udara lebih baik, sedangkan mereka yang berpendapatan rendah akan terjebak dalam lingkungan tercemar tersebut, disini terlihat hubungan antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup. Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi .
Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk.
Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi. Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan semakin menipisnya SDA dan akhirnya pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Di samping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Peningkatan pencemaran lingkungan akan mempersempit lapangan kerja sehingga menimbulkan pengangguran dan berujung pada persoalan kemiskinan. Hubungan itu terus berlangsung dengan pola saling mempengaruhi satu sama lainnya dimana untuk memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki keseluruhan bagian. Misalnya dalam penanganan pembrantasan kemiskinan maka permasalahan industrialisasi dan sumber daya alam juga harus menjadi fokus penanganan dalam proses tersebut.
    Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat, keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. (Muhammad Thoyib, 1995, h-4). Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas lingkungan.
   
    Matriks Ketergantungan Ekonomi terhadap SDA dan LH dengan Tingkat Pendapatan
Pendapatan Tinggi/
Pendapatan Rendah/
High Income
Low Income
Ketergantungan ekonomi terhadap SDA dan LH tinggi/ High economic dependence on natural resources and the environment
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan sedang (misalnya: New Zealand)/ Medium level of negative impact on prosperity (e.g. New Zealand)
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan tinggi (misalnya: Indonesia)/ High level of negative impact on prosperity (e.g. Indonesia)
Ketergantungan ekonomi terhadap SDA dan LH rendah/ Low economic dependence on natural resources and the environment
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan rendah (misalnya: Singapore)/ Low level of negative impact on prosperity (e.g Singapore)
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan sedang/ Medium level of negative impact on prosperity













Di samping itu, kita perlu pula memperhatikan kepekaan perubahan kualitas lingkungan terhadap masyarakat dengan tingkat kehidupan tertentu dalam satu komunitas tertentu. Umumnya karena daya beli yang lebih kuat (karena itu mempunyai pilihan yang lebih luas) dan informasi yang lebih lengkap, maka mereka yang berpendapatan tinggi lebih tidak peka terhadap kualitas lingkungan yang menurun. Pada kasus di mana kualitas lingkungan udara telah tercemar, mereka yang berpendapatan tinggi lebih mudah untuk pindah ke lokasi lain dengan kualitas udara lebih baik, sedangkan mereka yang berpendapatan rendah akan terjebak dalam lingkungan tercemar tersebut.
Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan yang saling mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup. Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi .
    Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk.
    Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi. Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan semakin menipisnya SDA dan akhirnya pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Di samping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran lingkungan.
    Peningkatan pencemaran lingkungan akan mempersempit lapangan kerja sehingga menimbulkan pengangguran dan berujung pada persoalan kemiskinan. Hubungan itu terus berlangsung dengan pola saling mempengaruhi satu sama lainnya dimana untuk memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki keseluruhan bagian. Misalnya dalam penanganan pembrantasan kemiskinan maka permasalahan industrialisasi dan sumber daya alam juga harus menjadi fokus penanganan dalam proses tersebut.


E. Kaitan Antara Kemiskinan, Industrialisasi, Dan Pengambilan Sda Dalam Ruang Dan Waktu
a.    Pandangan manusia dalam Ruang dan waktu
Kelompok Roma khawatir apakah penduduk makin besar jumlahnya dapat terpenuhi kebutuhannya dg SDA makin terbatas adanya. Kelompok ini juga mengatakan bahwa banyak dari manusia yang berpandangan jangka pendek atau sempit dan sedikit yang jangka panjang

b.    Beberapa kesimpulan studi kelompok roma
Bila kecenrungan pertumbuhan jumlah      penduduk dunia, industrilisasi, pencema ran, dan pengambilan SDA tetap seperti saat ini, ba tas pertumbuhan di bumi ini akan tercapai 100 tahun lagi. Akibatnya jumlah penduduk akan berkurang secara drastis termasuk kapasitas sektor industri .Ada kemungkinan untuk mengubah kecendrungan pertumbuhan dan menciptakan keadaan ekologi dan ekonomi yang stabil di masa datang. Keseimbangan secara global di dunia ini dapat direkayasa shg kebutuhan setiap orang di dunia ini dapat dipuaskan dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan potensi2 yang dimilikinya.Bila penduduk dunia mengambil keputusan untuk berjuang merealisasikan keadaa pada butir(2), semakin cepat mereka mulai, semakin cepat pula kemungkinan berhasilnya


F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bersifat tarik menarik (timbal balik) diantara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Ketiga komponen tersebut merupakan permasalahan kompleks yang tidak dapat dipisahkan.
         Dalam pengambilan SDA pasti akan sangat berkaitan dengan investasi dan dana, sehingga apabila suatu Negara tersebut memiliki potensi SDA yangb banyak namun tidak bisa mengelola akibat terkendala pada teknologi, tenaga ahli, dan lainnya yang tentu bersumber pada biaya maka Negara tersebut tidak akan mencapai kemajuan terutama di era industrialisasi ini.
Oleh sebab itu kaitan antara kemiskinan, industrialisasi , dan pengambilan SDA demi pemanfaatannya untuk memenuhi pasar global maupun kebutuhan kehidupan masyarakat pada umumnya sangat lah penting dan ber[ppengaruh satu sama lain. Betapa tidak hal ini akan dibuktikan apabila suatu Negara itu miskin maka ia tidak bisa mengambil dan mengelola sumber daya alam yang ada sehingga ia tidak akan mewujudka Negara industrialisasi yang akan berpeluang memajukan Negara tersebut di era dan tuntutan zaman seperti sekarang ini.
Dalam pengambilan SDA itu sendiri penting untuk mengetahui strategi dan kebijakan yang tepat serta unsur pendukung dan penghambat ddalam prosesnya, serta bagaiman hal itu akan mengurangi kemiskinan dan mewujudkan perekonomian industrialisasi yang seperti menjadi tuntutan di zaman sekarang ini.





Referensi:

 Prawiro, Ruslan. 1979. Ekonomi Sumber Daya. Bandung: Alumni

Reksohadiprodjo, Sukanto. 1987. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Bandung: BPFE YOGYAKARTA

Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang : Kasus Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia



http://Memerangi Kemiskinan Menuju Pemerataan.htm

http://Dayintapinasthika's Blog.htm

http://kaitan-antara-kemiskinan-industrialisasi-dan-pengambilan-sda-Ilmu-Ekonomi.htm